Senin, 01 September 2014

Cavetubing Gua Pindul

Gua Pindul memiliki panjang sekitar 350 m, lebar hingga 5 m, jarak permukaan air dengan atap gua 4 m, dan kedalaman air sekitar 5-12 m. Goa ini memiliki 3 zona. zona terang, zona remang, dan zona gelap. waktu tempuh sekitar 45 menit.
Cavetubing hampir sama dengan rafting. Jika rafting (arung jeram) adalah kegiatan menyusuri aliran sungai dengan menggunakan perahu, maka cavetubing adalah kegiatan menyusuri gua menggunakan ban dalam. Karena aliran air di Gua Pindul ini tenang maka melakukan cavetubing di Gua Pindul ini juga bisa dilakukan oleh pemula maupun anak kecil bahkan wanita hamil .
Ditengah Gua, ada sebuah ruangan yang agak besar, dengan lubang diatasnya yang warga setempat menyebut sumur terbalik, sinar matahari yang masuk melalui lubang ini membuat suasana semakin indah. Lubang diatas gua inilah dimana seringkali  digunakan sebagai jalan masuk vertikal oleh anggota TIM SAR atau latihan.
Saat anda melakukan susur gua di Gua Pindul ini, anda akan menemukan sebuah stalagtit yang sudah menyatu dengan stalagmit sehingga tampak seperti sebuah pilar dengan ukuran lebar lima rentangan tangan orang dewasa(Soko Guru).
Stalaktit ini merupakan terbesar di Goa Pindul dan mempunyai peringkat no 4 di dunia. Stalagtit putting yg masih aktif siap menanti anda dengan tetesan airnya yang konon bisa bikin cantik n’ awet muda, bagi yg lelaki untuk menambah vitalitas telah ditunggu stalagtit jantan, anda cukup memegang aja udah terasa bedanya. Bagi adik-adik di zona terang bisa berenang, lompat indah sambil lihat ikan cukup besar yg memamerkan keindahan tubuhnya.Ada juga Stalagmit dan stalagtit yang menyatu, menjadi yang terbesar ke-4 di dunia, butuh 5 orang untuk melingkarinya, bahkan celahnya hanya cukup dilewati satu orang saja. Besar ditengah-tengah Goa yang katanya sebagai tiang Goa.Keindahan semakin lengkap dengan adanya ornamen disepanjang dinding Goa seperti mahakarya lukisan abstrak yang tak ternilai. Mata kristal Kelelawar bergelantungan menghiasi lorong goa. Terdapat tirai juga yang tersusun dari tetesan air didinding Goa.

Paket   Cave Tubing Pindul
1.       Jasa pemandu
2.       Perlengkapan ( ban pelampung, jaket pelampung, sepatu karet, Head Lamp )
3.       Asuransi
4.       Biaya Rp 35.000/ orang

Jumat, 28 Oktober 2011

Taman Laut Bunaken

Bunaken adalah sebuah pulau seluas 8,08 km² di Teluk Manado, yang terletak di utara pulau Sulawesi, Indonesia. Pulau ini merupakan bagian dari kota Manado, ibu kota provinsi Sulawesi Utara, Indonesia.

Taman Laut Bunaken terletak di Kel.Bunaken Kecamatan Bunaken sekitar 7 mil dari Pelabuhan Manado yang dapat ditempuh selama 35 menit dari pusat kota dengan menggunakan kapal motor. Taman Nasional Bunaken merupakan salah satu Taman Laut terindah di dunia.

Sebagian besar wilayah pantainya terdiri dari hutan bakau dan pasir putih. Lautnya terdapat terumbu karang keras dan lembut, dinding karang yang terjal, dengan beraneka bentuk dan warna biota laut diantaranya terdapat ikan hiu, kura-kura, Mandarin Fish, kuda laut, ikan pari, dan yang terkenal adalah ikan purba Raja Laut (Coleacant) dan masih banyak lagi yang membentuk taman laut nan indah. Keindahan taman lautnya dapat dilihat pada lokasi-lokasi yang disebut dengan Lekuan 1, 2, dan 3, Fukui, Mandolin, Tanjung Paragi, Ron's Point, Sachiko Point, Pangalisang, Muka Kampung, dan Bunaken Timur.

Taman laut Bunaken memiliki 20 titik penyelaman (dive spot) dengan kedalaman bervariasi hingga 1.344 meter. Dari 20 titik selam itu, 12 titik selam di antaranya berada di sekitar Pulau Bunaken. Dua belas titik penyelaman inilah yang paling kerap dikunjungi penyelam dan pecinta keindahan pemandangan bawah laut.

Sebagian besar dari 12 titik penyelaman di Pulau Bunaken berjajar dari bagian tenggara hingga bagian barat laut pulau tersebut. Di wilayah inilah terdapat underwater great walls, yang disebut juga hanging walls, atau dinding-dinding karang raksasa yang berdiri vertikal dan melengkung ke atas. Dinding karang ini juga menjadi sumber makanan bagi ikan-ikan di perairan sekitar Pulau Bunaken.

Taman Laut Bunaken memiliki wisata Laut dan wisata bahari dengan obyek kunjungan wisata, yaitu laut dan pantai. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan adalah menikmati taman laut dengan cara berkeliling naik perahu berkaca, snorkeling, menyelam, dan foto bawah laut. Fasilitas yang disediakan di Taman Laut Bunaken yaitu perahu berkaca, diving center, cottage, rumah makan, dan kios cenderamata.



Senin, 24 Oktober 2011

Curug Malela, Niagara Mini Indonesia



Curug Malela yang dalam bahasa Indonesia berarti Air Terjun Malela, terletak di Desa Cicadas, Kecamatan Rongga – Gununghalu Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Hulu sungai berasal dari lereng utara Gunung Kendeng, gunung berapi yang terletak di sebelah barat Ciwidey yang telah mati, mengalir melalui Sungai Cidadap – Gununghalu.

Banyak kalangan menyebutkan bahwa Curug Malela mirip dengan Niagara di Ontario, Canada. Memang ukuran Malela ini jauh lebih kecil dengan debit air yang juga jauh lebih sedikit. Namun, dilihat dari strukturnya bahwa Curug Malela ini memang layak dijuluki Niagara Mini.

Curug Malela merupakan air terjun dengan ketinggian sekitar 40 meter dengan lebar lebih dari 50 meter. Satu kata yang pantas untuk menggambarkan curug Malela ini adalah “Dahsyat !!”. Air terjun dengan debit air yang tinggi mengingatkan saya pada air terjun Niagara yang baru bisa menyaksikannya di televisi. Lokasi ini ramai dikunjungi pada hari minggu atau hari libur.

Berdasarkan peta topografi, sungai yang jatuh sebagai Curug Malela setinggi lebih kurang 50 m dan lebar mencapai 70 m, adalah Cicurug. Toponimi sungai yang sesuai dengan sifat sungai ini yang banyak mempunyai air terjun. Hulu sungai berasal dari lereng utara Gunung Kendeng dengan bekas kaldera raksasanya yang berdiameter hampir 15 km. Dari gunung api yang terletak di sebelah barat Ciwidey yang telah mati ini mengalir jaringan Sungai Cidadap. Cidadap mengalir ke arah barat laut melalui Kecamatan Gununghalu menggerus rangkaian batuan keras yang umumnya berciri produk letusan gunung api tua.

Keanggunan air terjun yang dalam foto kecepatan rendah memberikan kesan seperti benang-benang sutra halus, tidak dimungkiri telah menawan hati dan pandangan mata siapa yang datang mengunjunginya. Jika hari tidak keburu gelap, kita akan seharian duduk tanpa bosan-bosannya menyaksikan fenomena alam yang luar biasa ini.

Minggu, 23 Oktober 2011

Raja Ampat

Raja Ampat adalah salah satu tempat wisata yang sangat diidam-idamkan oleh para pelancong untuk dikunjungi. Tempat ini benar-benar mempunyai daya tarik yang luar biasa. Raja Ampat adalah salah satu kabupaten yang terletak di provinsi Papua Barat. Kabupaten ini mempunyai 610 pulau, dari seluruhnya hanya 35 pulau yang dihuni oleh masyarakat. Sisanya, masih kosong tak berpenghuni bahkan sebagian besar belum mempunyai nama. Beberapa pulau besar yang dihuni adalah pulau Misool, Salawati, Batanta, Waigeo. Ibu kota kabupaten Raja Ampat adalah Waisai.

Sebagai kabupaten kepulauan, transportasi utama yang ada di sini menggunakan jalur laut. Jenis transportasi yang tersedia adalah kapal cepat yang berkapasitas 10, 15 dan 30 orang. Waisai dapat dijangkau dengan waktu sekitar 1, 5 hingga 2 jam perjalanan dengan biaya Rp. 2 juta.

Raja Ampat adalah tujuan wisata yang banyak dikunjungi karena indahan pemandangan bawah lautnya. Kebanyakan para wisatawan yang datang ke Raja Ampat mempunyai tujuan ingin menyelam.

Dengan berwisata ke Raja Ampat, kita bisa menggunakan jalur udara dari Jakarta. Di sana banyak terdapat penginapan yang siap menampung kita. Selain itu, akomodasi lain juga tersedia begitu komplit di sana. Dari mulai makanan, alat menyelam, kapal dan lainnya. Jadi, Raja Ampat memang benar-benar tempat yang strategis untuk melepas penat.

Sabtu, 22 Oktober 2011

Wakatobi National Park Indonesia

Wakatobi National Park has the potential of marine natural resources that both types of high value and uniqueness, with amazing underwater panorama. In general the waters of the sea has a configuration of the starting flat to sloping towards the sea, and there are some areas that bertubir steep waters. Varying water depths, the deepest reaches 1044 meters with mostly sandy bottom and rocky.
This national park has 25 pieces of coral reef with a circumference of the coast of the islands along the 600 km. More than 112 coral species from 13 families including Acropora formosa, A. hyacinthus, Psammocora profundasafla, Pavona cactus, Leptoseris yabei, Fungia molucensis, Lobophyllia robusta, Merulina ampliata, Platygyra versifora, Euphyllia glabrescens, Tubastraea frondes, Stylophora pistillata, throchelliophorum Sarcophyton, and Sinularia spp.


Richness of fish species that have this national park as many as 93 species of food fish and ornamental fish trade among argus spots (Cephalopholus argus), takhasang (naso unicornis), pogo-pogo (Balistoides viridescens), napoleon (Cheilinus undulatus), red fish (Lutjanus biguttatus ), rabbitfish (Siganus guttatus), Amphiprion melanopus, Chaetodon specullum, Chelmon rostratus, Heniochus acuminatus, Lutjanus monostigma, Caesio caerularea, and others.
In addition there are several species of sea birds such as goose-stone brown (Sula leucogaster plotus), kettle melayu (Charadrius peronii), erasia kingfisher (Alcedo atthis), there are also three species of turtles that often landed on the islands in the Park is hawksbill turtle (Eretmochelys imbricata) turtles jars (Caretta Caretta), and fission turtle (Lepidochelys olivacea).
The indigenous people who live around the Park is the sea or the so-called ethnic Bajau tribe. According to ancient Chinese and European explorers, said that boating humans are capable of being explored Merqui Islands, Johor, Singapore, Sulawesi and the Sulu archipelago. Of the whole human boating in Southeast Asia that still have a boating culture is the traditional Bajau tribe. Seeing their daily lives is interesting and unique, especially the dives to the bottom of the ocean without the equipment to spear fish.
Hoga Island (Resort Kaledupa), Binongko Island (Resort Binongko) Tamia and Resort is the location of interesting places to visit, especially for diving, snorkeling, marine tours, swimming, camping, and cultural tourism.
The best visiting season: April / June and October / December each year.
How to reach the location: Kendari to smells speed boat with regular twice daily with a long trip or five hours every day with a wooden boat for 12 hours. From smells to Lasalimu ride four-wheeled vehicle for two hours, then climb aboard the fast-Wanci Lasalimu for an hour or Lasalimu-Wanci wooden boat for 2.5 hours. Wanci was first enters the gates of Wakatobi National Park area.

Great Wall of China


Great Wall Facts:
Length: 8,851.8 km (5,500 miles)
Construction Period: About 2,000 years from the Warring States Period (476 BC - 221 BC) to Ming Dynasty (1368-1644)

The Great Wall of China, one of the greatest wonders of the world, was listed as a World Heritage by UNESCO in 1987. Just like a gigantic dragon, the Great Wall winds up and down across deserts, grasslands, mountains and plateaus, stretching approximately 8,851.8 kilometers (5,500 miles) from east to west of China. With a history of more than 2000 years, some of the sections are now in ruins or have disappeared. However, it is still one of the most appealing attractions all around the world owing to its architectural grandeur and historical significance.

The Great Wall was originally built in the Spring and Autumn, and Warring States Periods as a defensive fortification by the three states: Yan, Zhao and Qin. It went through constant extensions and repairs in later dynasties. It began as independent walls for different states when it was first built, and did not become the "Great" wall until the Qin Dynasty. Emperor Qin Shihuang succeeded in his effort to have the walls joined together to fend off the invasions from the Huns in the north. Since then, the Great Wall has served as a monument of the Chinese nation throughout history.

Most people tend to think that the Great Wall was a product of wars (actually of defense), thus its role ought to have been most closely related to battles and bloodshedding. It is, however, not that case. Most time under the Great Wall was actually peace rather than war; the Great Wall, in all times, was connected to the culture, foreign policies, and economy (just think how much could be spent on this super project). Philosophically, the Great Wall speaks well for a growth in the mixed soil of peace and war. It stands for some power, an unbeatable power despite all bitter conditions, known as the Great Wall Spirit among Chinese people.

Besides culture, policies and economy, another essential part that can't be divided from the Great Wall, which is the history of China. The Great Wall, whose building started more than 2,000 years ago, represents a main part of Chinese history, which has a profound influence on China today. So to speak, the Great Wall, in a sense, is history. And you will see that this tendency is reflected in our content. We generally talk about the Great Wall with dynasties who built it, along with events and social aspects of those dynasties, which may branch out as far as to other topics. In this manner of narration, It can be a little loose and sightly off the point, but we think it interesting, and it makes sense to put the Great Wall into the Chinese history.

50 Most-Popular Tourist Destinations Map